Wednesday, 17 September 2014
Tuesday, 9 September 2014
Monday, 8 September 2014
Thursday, 4 September 2014
10 SAHABAT RASULULLAH YANG DIJAMIN SYURGA
Kisah singkat 10 Sahabat
1. Abu Bakar bin Abi Qohafah (Assiddiq), adalah seorang Quraisy dari kabilah yang sama dengan Rasulullah, hanya berbeda keluarga. Bila Abu Bakar berasal dari keluarga Tamimi, maka Rasulullah berasal dari keluarga Hasyimi. Keutamaannya, Abu Bakar adalah seorang pedagang yang selalu menjaga kehormatan diri. Ia seorang yang kaya, pengaruhnya besar serta memiliki akhlaq yang mulia. Sebelum datangnya Islam, beliau adalah sahabat Rasulullah yang memiliki karakter yang mirip dengan Rasulullah. Belum pernah ada orang yang menyaksikan Abu Bakar minum arak atau pun menyembah berhala. Dia tidak pernah berdusta. Begitu banyak kemiripan antara beliau dengan Rasulullah sehingga tak heran kemudian beliau menjadi khalifah pertama setelah Rasulullah wafat. Rasulullah selalu mengutamakan Abu Bakar ketimbang para sahabatnya yang lain sehingga tampak menojol di tengah tengah orang lain.
“Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh ummat niscaya akan lebih berat keimanan Abu Bakar. ”(HR. Al Baihaqi)
Al Qur’an pun banyak mengisyaratkan sikap dan tindakannya seperti yang dikatakan dalam firmanNya, QS Al Lail 5-7, 17-21, Fushilat 30, At Taubah 40. Dalam masa yang singkat sebagai Khalifah, Abu Bakar telah banyak memperbarui kehidupan kaum muslimin, memerangi nabi palsu, dan kaum muslimin yang tidak mau membayar zakat. Pada masa pemerintahannya pulalah penulisan AlQur’an dalam lembaran-lembaran dimulai.
2. Umar Ibnul Khattab, ia berasal dari kabilah yang sama dengan Rasulullah SAW dan masih satu kakek yakni Ka’ab bin Luai. Umar masuk Islam setelah bertemu dengan adiknya Fatimah daan suami adiknya Said bin Zaid pada tahun keenam kenabian dan sebelum Umar telah ada 39 orang lelaki dan 26 wanita yang masuk Islam. Di kaumnya Umar dikenal sebagai seorang yang pandai berdiskusi, berdialog, memecahkan permasalahan serta bertempramen kasar. Setelah Umar masuk Islam, da’wah kemudian dilakukan secara terang-terangan, begitupun di saat hijrah, Umar adalah segelintir orang yang berhijrah dengan terang-terangan. Ia sengaja berangkat pada siang hari dan melewati gerombolan Quraisy. Ketika melewati mereka, Umar berkata, ”Aku akan meninggalkan Mekah dan menuju Madinah. Siapa yang ingin menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, silakan menghadang aku di belakang lembah ini!” Mendengar perkataan Umar tak seorangpun yang berani membuntuti apalagi mencegah Umar. Banyak pendapat Umar yang dibenarkan oleh Allah dengan menurunkan firmanNya seperti saat peristiwa kematian Abdullah bin Ubay (QS 9:84), ataupun saat penentuan perlakuan terhadap tawanan saat perang Badar, pendapat Umar dibenarkan Allah dengan turunnya ayat 67 surat Al Anfal.
Sebagai khalifah, Umar adalah seorang yang sangat memperhatikan kesejahteraan ummatnya, sampai setiap malam ia berkeliling khawatir masih ada yang belum terpenuhi kebutuhannya, serta kekuasaan Islam pun semakin meluas keluar jazirah Arab.
3. Utsman bin Affan, sebuah Hadits yang menggambarkan pribadi Utsman : “Orang yang paling kasih sayang diantara ummatku adalah Abu Bakar, dan paling teguh dalam menjaga ajaran Allah adalah Umar, dan yang paling bersifat pemalu adalah Utsman. (HR Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim, At Tirmidzi) Utsman adalah seorang yang sangat dermawan, dalam sebuah persiapan pasukan pernah Utsman yang membiayainya seorang diri. Setelah kaum muslimin hijrah, saat kesulitan air, Utsmanlah yang membeli sumur dari seorang Yahudi untuk kepentingan kaum muslimin. Pada masa kepemimpinannya Utsman merintis penulisan Al Qur’an dalam bentuk mushaf, dari lembaran-lembaran yang mulai ditulis pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar.
4. Sahabat berikutnya adalah Ali bin Abi Thalib, pemuda pertama yang masuk Islam, ia yang menggantikan posisi Rasulullah di tempat tidurnya saat beliau hijrah, Ali yang dinikahkan oleh Rasulullah dengan putri kesayangannya Fatimah, Ali yang sangat sederhana kehidupannya.
5. Sahabat kelima yang oleh Rasulullah dijamin masuk surga adalah Thalhah bin Ubaidillah yang pada Uhud terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah serta jari tangannya putus. Namun Thalhah yang berperawakan kekar serta sangat kuat inilah yang melindungi Rasulullah disaat saat genting, beliau memapah Rasulullah yang tubuhnya telah berdarah menaiki bukit Uhud yang berada di ujung medan pertempuran saat kaum musyrikin pergi meninggalkan medan peperangan karena mengira Rasulullah telah wafat. Saat itu Thalhah berkata kepada Rasulullah, ”Aku tebus engkau ya Rasulullah dengan ayah dan ibuku.” Nabi tersenyum seraya berkata, ”Engkau adalah Thalhah kebajikan.” Sejak itu Beliau mendapat julukan Burung Elang hari Uhud. Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya, ”Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa yang senang melihat seorang yang syahid berjalan di muka bumi maka lihatlah Thalhah.”
6. Azzubair bin Awwam, sahabat yang berikutnya, adalah sahabat karib dari Thalhah. Beliau muslim pada usia lima belas tahun dan hjrah pada usia delapan belas tahun, dengan siksaan yang ia terima dari pamannya sendiri. Kepahlawanan Azzubair ibnul Awwam pertama terlihat dalam Badar saat ia berhadapan dengan Ubaidah bin Said Ibnul Ash. Azzubair ibnul Awwam berhasil menombak kedua matanya sehingga akhirnya ia tersungkur tak bergerak lagi, hal ini membuat pasukan Quraisy ketakutan.
Rasulullah sangat mencintai Azzubair ibnul Awwam beliau pernah bersabda, ”Setiap nabi memiliki pengikut pendamping yang setia (hawari), dan hawariku adalah Azzubair ibnul Awwam.” Azzubair ibnul Awwam adalah suami Asma binti Abu Bakar yang mengantarkan makanan pada Rasul saat beliau hijrah bersama ayahnya. Pada masa pemerintahan Umar, saat panglima perang menghadapi tentara Romawi di Mesir Amr bin Ash meminta bala bantuan pada Amirul Mu’minin, Umar mengirimkan empat ribu prajurit yang dipimpin oleh empat orang komandan, dan ia menulis surat yang isinya, ”Aku mengirim empat ribu prajurit bala bantuan yang dipimpin empat orang sahabat terkemuka dan masing-masing bernilai seribu orang. Tahukah anda siapa empat orang komandan itu? Mereka adalah Ubadah ibnu Assamit, Almiqdaad ibnul Aswad, Maslamah bin Mukhalid, dan Azzubair bin Awwam.” Demikianlah dengan izin Allah, pasukan kaum muslimin berhasil meraih kemenangan.
7. Adalah Abdurrahman bin Auf, yang disebutkan berikutnya, adalah seorang pedagang yang sukses, namun saat berhijrah ia meninggalkan semua harta yang telah ia usahakan sekian lama. Namun saat telah di Madinahpun beliau kembali menjadi seorang yang kaya raya, dan saat beliau meninggal, wasiat beliau adalah agar setiap peserta perang Badar yang masih hidup mendapat empat ratus dinar, sedang yang masih hidup saat itu sekitar seratus orang, termasuk Ali dan Utsman. Beliaupun berwasiat agar sebagian hartanya diberikan kepada ummahatul muslimin, sehingga Aisyah berdoa: “Semoga Allah memberi minum kepadanya air dari mata air Salsabil di surga.”
8. Sahabat yang disebutkan berikutnya adalah Saad bin Abi Waqqash, orang pertama yang terkena panah fisabilillah, seorang yang keislamannya sangat dikecam oleh ibunya, namun tetap tabah, dan kukuh pada keislamannya.
9. Said bin Zaid, adik ipar Umar, adalah orang yang dididik oleh seorang ayah yang beroleh bihayah Islam tanpa melalui kitab atau nabi mereka seperti halnya Salman Al Farisi, dan Abu Dzar Al Ghifari. Banyak orang yang lemah berkumpul di rumah mereka untuk memperoleh ketenteraman dan keamanan, serta penghilang rasa lapar, karena Said adalah seorang sahabat yang dermawan dan murah tangan.
10. Nama terakhir yang meraih jaminan surga adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, yang akhirnya terpaksa membunuh ayahnya saat Badar, sehingga Allah menurunkan QS Al Mujadilah : 22. Begitupun dalam perang Uhud, Abu Ubaidahlah yang mencabut besi tajam yang menempel pada kedua rahang Rasulullah, dan dengan begitu beliau rela kehilangan giginya. Abu Ubaidah mendapat gelar dari Rasulullah sebagai pemegang amanat ummat, seperti dalam sabda beliau : “Tiap-tiap ummat ada orang pemegang amanat, dan pemegang amanat ummat ini adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah
1. Abu Bakar bin Abi Qohafah (Assiddiq), adalah seorang Quraisy dari kabilah yang sama dengan Rasulullah, hanya berbeda keluarga. Bila Abu Bakar berasal dari keluarga Tamimi, maka Rasulullah berasal dari keluarga Hasyimi. Keutamaannya, Abu Bakar adalah seorang pedagang yang selalu menjaga kehormatan diri. Ia seorang yang kaya, pengaruhnya besar serta memiliki akhlaq yang mulia. Sebelum datangnya Islam, beliau adalah sahabat Rasulullah yang memiliki karakter yang mirip dengan Rasulullah. Belum pernah ada orang yang menyaksikan Abu Bakar minum arak atau pun menyembah berhala. Dia tidak pernah berdusta. Begitu banyak kemiripan antara beliau dengan Rasulullah sehingga tak heran kemudian beliau menjadi khalifah pertama setelah Rasulullah wafat. Rasulullah selalu mengutamakan Abu Bakar ketimbang para sahabatnya yang lain sehingga tampak menojol di tengah tengah orang lain.
“Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh ummat niscaya akan lebih berat keimanan Abu Bakar. ”(HR. Al Baihaqi)
Al Qur’an pun banyak mengisyaratkan sikap dan tindakannya seperti yang dikatakan dalam firmanNya, QS Al Lail 5-7, 17-21, Fushilat 30, At Taubah 40. Dalam masa yang singkat sebagai Khalifah, Abu Bakar telah banyak memperbarui kehidupan kaum muslimin, memerangi nabi palsu, dan kaum muslimin yang tidak mau membayar zakat. Pada masa pemerintahannya pulalah penulisan AlQur’an dalam lembaran-lembaran dimulai.
2. Umar Ibnul Khattab, ia berasal dari kabilah yang sama dengan Rasulullah SAW dan masih satu kakek yakni Ka’ab bin Luai. Umar masuk Islam setelah bertemu dengan adiknya Fatimah daan suami adiknya Said bin Zaid pada tahun keenam kenabian dan sebelum Umar telah ada 39 orang lelaki dan 26 wanita yang masuk Islam. Di kaumnya Umar dikenal sebagai seorang yang pandai berdiskusi, berdialog, memecahkan permasalahan serta bertempramen kasar. Setelah Umar masuk Islam, da’wah kemudian dilakukan secara terang-terangan, begitupun di saat hijrah, Umar adalah segelintir orang yang berhijrah dengan terang-terangan. Ia sengaja berangkat pada siang hari dan melewati gerombolan Quraisy. Ketika melewati mereka, Umar berkata, ”Aku akan meninggalkan Mekah dan menuju Madinah. Siapa yang ingin menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, silakan menghadang aku di belakang lembah ini!” Mendengar perkataan Umar tak seorangpun yang berani membuntuti apalagi mencegah Umar. Banyak pendapat Umar yang dibenarkan oleh Allah dengan menurunkan firmanNya seperti saat peristiwa kematian Abdullah bin Ubay (QS 9:84), ataupun saat penentuan perlakuan terhadap tawanan saat perang Badar, pendapat Umar dibenarkan Allah dengan turunnya ayat 67 surat Al Anfal.
Sebagai khalifah, Umar adalah seorang yang sangat memperhatikan kesejahteraan ummatnya, sampai setiap malam ia berkeliling khawatir masih ada yang belum terpenuhi kebutuhannya, serta kekuasaan Islam pun semakin meluas keluar jazirah Arab.
3. Utsman bin Affan, sebuah Hadits yang menggambarkan pribadi Utsman : “Orang yang paling kasih sayang diantara ummatku adalah Abu Bakar, dan paling teguh dalam menjaga ajaran Allah adalah Umar, dan yang paling bersifat pemalu adalah Utsman. (HR Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim, At Tirmidzi) Utsman adalah seorang yang sangat dermawan, dalam sebuah persiapan pasukan pernah Utsman yang membiayainya seorang diri. Setelah kaum muslimin hijrah, saat kesulitan air, Utsmanlah yang membeli sumur dari seorang Yahudi untuk kepentingan kaum muslimin. Pada masa kepemimpinannya Utsman merintis penulisan Al Qur’an dalam bentuk mushaf, dari lembaran-lembaran yang mulai ditulis pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar.
4. Sahabat berikutnya adalah Ali bin Abi Thalib, pemuda pertama yang masuk Islam, ia yang menggantikan posisi Rasulullah di tempat tidurnya saat beliau hijrah, Ali yang dinikahkan oleh Rasulullah dengan putri kesayangannya Fatimah, Ali yang sangat sederhana kehidupannya.
5. Sahabat kelima yang oleh Rasulullah dijamin masuk surga adalah Thalhah bin Ubaidillah yang pada Uhud terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah serta jari tangannya putus. Namun Thalhah yang berperawakan kekar serta sangat kuat inilah yang melindungi Rasulullah disaat saat genting, beliau memapah Rasulullah yang tubuhnya telah berdarah menaiki bukit Uhud yang berada di ujung medan pertempuran saat kaum musyrikin pergi meninggalkan medan peperangan karena mengira Rasulullah telah wafat. Saat itu Thalhah berkata kepada Rasulullah, ”Aku tebus engkau ya Rasulullah dengan ayah dan ibuku.” Nabi tersenyum seraya berkata, ”Engkau adalah Thalhah kebajikan.” Sejak itu Beliau mendapat julukan Burung Elang hari Uhud. Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya, ”Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa yang senang melihat seorang yang syahid berjalan di muka bumi maka lihatlah Thalhah.”
6. Azzubair bin Awwam, sahabat yang berikutnya, adalah sahabat karib dari Thalhah. Beliau muslim pada usia lima belas tahun dan hjrah pada usia delapan belas tahun, dengan siksaan yang ia terima dari pamannya sendiri. Kepahlawanan Azzubair ibnul Awwam pertama terlihat dalam Badar saat ia berhadapan dengan Ubaidah bin Said Ibnul Ash. Azzubair ibnul Awwam berhasil menombak kedua matanya sehingga akhirnya ia tersungkur tak bergerak lagi, hal ini membuat pasukan Quraisy ketakutan.
Rasulullah sangat mencintai Azzubair ibnul Awwam beliau pernah bersabda, ”Setiap nabi memiliki pengikut pendamping yang setia (hawari), dan hawariku adalah Azzubair ibnul Awwam.” Azzubair ibnul Awwam adalah suami Asma binti Abu Bakar yang mengantarkan makanan pada Rasul saat beliau hijrah bersama ayahnya. Pada masa pemerintahan Umar, saat panglima perang menghadapi tentara Romawi di Mesir Amr bin Ash meminta bala bantuan pada Amirul Mu’minin, Umar mengirimkan empat ribu prajurit yang dipimpin oleh empat orang komandan, dan ia menulis surat yang isinya, ”Aku mengirim empat ribu prajurit bala bantuan yang dipimpin empat orang sahabat terkemuka dan masing-masing bernilai seribu orang. Tahukah anda siapa empat orang komandan itu? Mereka adalah Ubadah ibnu Assamit, Almiqdaad ibnul Aswad, Maslamah bin Mukhalid, dan Azzubair bin Awwam.” Demikianlah dengan izin Allah, pasukan kaum muslimin berhasil meraih kemenangan.
7. Adalah Abdurrahman bin Auf, yang disebutkan berikutnya, adalah seorang pedagang yang sukses, namun saat berhijrah ia meninggalkan semua harta yang telah ia usahakan sekian lama. Namun saat telah di Madinahpun beliau kembali menjadi seorang yang kaya raya, dan saat beliau meninggal, wasiat beliau adalah agar setiap peserta perang Badar yang masih hidup mendapat empat ratus dinar, sedang yang masih hidup saat itu sekitar seratus orang, termasuk Ali dan Utsman. Beliaupun berwasiat agar sebagian hartanya diberikan kepada ummahatul muslimin, sehingga Aisyah berdoa: “Semoga Allah memberi minum kepadanya air dari mata air Salsabil di surga.”
8. Sahabat yang disebutkan berikutnya adalah Saad bin Abi Waqqash, orang pertama yang terkena panah fisabilillah, seorang yang keislamannya sangat dikecam oleh ibunya, namun tetap tabah, dan kukuh pada keislamannya.
9. Said bin Zaid, adik ipar Umar, adalah orang yang dididik oleh seorang ayah yang beroleh bihayah Islam tanpa melalui kitab atau nabi mereka seperti halnya Salman Al Farisi, dan Abu Dzar Al Ghifari. Banyak orang yang lemah berkumpul di rumah mereka untuk memperoleh ketenteraman dan keamanan, serta penghilang rasa lapar, karena Said adalah seorang sahabat yang dermawan dan murah tangan.
10. Nama terakhir yang meraih jaminan surga adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, yang akhirnya terpaksa membunuh ayahnya saat Badar, sehingga Allah menurunkan QS Al Mujadilah : 22. Begitupun dalam perang Uhud, Abu Ubaidahlah yang mencabut besi tajam yang menempel pada kedua rahang Rasulullah, dan dengan begitu beliau rela kehilangan giginya. Abu Ubaidah mendapat gelar dari Rasulullah sebagai pemegang amanat ummat, seperti dalam sabda beliau : “Tiap-tiap ummat ada orang pemegang amanat, dan pemegang amanat ummat ini adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah
DI SINI LAHIRNYA SEBUAH CINTA
SEORANG rakan menelefon saya untuk mendapat kepastian sama ada tema Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-57 iaitu “Di Sini Lahirnya Sebuah Cinta” gramatis ataupun tidak. Baginya, cinta ialah sesuatu yang abstrak, jadi tidak perlukan penjodoh bilangan “buah”.
Memang dari sudut bahasa, cinta ialah sesuatu yang abstrak dan tidak memerlukan penjodoh bilangan. Walau bagaimanapun disebabkan tema itu disedut daripada baris lagu Warisan nyanyian Allahyarham Sudirman Haji Arshad maka tema tersebut dapat diterima. Hal ini kerana dalam karya-karya sastera sama ada puisi atau lagu dibenarkan melakukan perlanggaran tatabahasa. Pengkarya-pengkarya dibenarkan melakukan perlanggaran tatabahasa atas alasan mereka mempunyai lesen puitika (licentia poetica) serta mempunyai kebebasan imaginatif dan linguistik untuk menyimpang atau meninggalkan aturan yang biasa digunakan.
Kata bilangan dalam bahasa Melayu memerlukan penjodoh bilangan sebagai pasangan yang berfungsi sebagai penerang bentuk atau keadaan pada kata nama yang mengikutnya.
Contoh penggunaan penjodoh bilangan yang sesuai bagi kata nama yang berupa manusia ialah gerombolan bagi merujuk kelompok manusia atau kumpulan orang jahat, kumpulan (dua orang atau lebih), orang (manusia), pasang (dua orang), pasukan (lebih daripada dua orang, tersusun, berpakaian seragam), rombongan (bilangan yang banyak) dan lain-lain. Contohnya:
(i) Segerombolan pengganas telah ditawan oleh pihak tentera.
(ii) Liga Super Malaysia melibatkan persaingan 12 pasukan dari seluruh negara.
Penjodoh bilangan yang sesuai untuk benda hidup yang bukan manusia ialah ekor (semua jenis binatang), kawan (haiwan yang hidup berkumpulan), kumpulan (haiwan yang bilangannya lebih daripada dua ekor), pasang (dua ekor) dan lain-lain, contohnya:
(i) Pak Yusof memelihara beberapa ekor kambing.
(ii) Puan Norizah membeli dua pasang kucing walaupun dihalang oleh suaminya.
Penjodoh bilangan juga digunakan untuk benda tidak hidup seperti helai (benda yang tipis), buah (benda yang bentuknya tidak tentu), butir (barang-barang kecil yang bulat), cubit (sebanyak yang dapat disepit dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari lain), biji (bagi benda kecil) dan lain-lain. Contohnya:
(i) Rahim membeli sebuah kereta untuk isterinya.
(ii) Beberapa helai baju kepunyaan Azman telah hilang.
Penjodoh bilangan bagi makhluk lain ialah ekor (syaitan, iblis, jin, hantu, raksasa, jembalang) dan orang (bidadari, pari-pari, bunian).
Bagi kata bilangan tak tentu (kecuali beberapa) seperti kebanyakan, semua, sesetengah, sebahagian dan setiap tidak memerlukan penjodoh bilangan. Contohnya:
(i) Kebanyakan guru di sekolah ini perempuan.
(ii) Sesetengah penulis telah mendapat latihan yang secukupnya.
Walau bagaimanapun, hanya kata bilangan tak tentu “beberapa” memerlukan penjodoh bilangan, contohnya:
(i) Beberapa orang murid telah mencapai keputusan cemerlang dalam peperiksaan.
(ii) Beberapa buah kereta telah dicuri di taman perumahan itu.
Benda-benda mikroorganisma dan bersaiz halus seperti virus, ameba, kuman dan atom tidak memerlukan penjodoh bilangan.
Kata nama am tak hidup bukan institusi abstrak berbilang seperti cinta, senyuman, hembusan, bayangan, pendapat, rancangan, gangguan dan lain-lain tidak memerlukan penjodoh bilangan tetapi sudah mencukupi jika dipadankan dengan kata bilangan satu, suatu atau tiap-tiap. Contohnya:
(i) Kami tahu bahawa mereka mempunyai suatu rancangan rahsia.
(ii) Setiap pendapat yang dikemukakan akan dipertimbangkan oleh urus setia.
Aspek penggunaan penjodoh bilangan sering diambil mudah oleh pengguna bahasa Melayu kerana aspek ini dikatakan telah dipelajari sejak bangku sekolah rendah lagi. Namun kesilapan sering dilakukan lantaran sikap ambil mudah ini walaupun telah dipelajari sejak sekian lama.
Kata bilangan dalam bahasa Melayu memerlukan penjodoh bilangan sebagai pasangan yang berfungsi sebagai penerang bentuk atau keadaan pada kata nama yang mengikutnya.
Contoh penggunaan penjodoh bilangan yang sesuai bagi kata nama yang berupa manusia ialah gerombolan bagi merujuk kelompok manusia atau kumpulan orang jahat, kumpulan (dua orang atau lebih), orang (manusia), pasang (dua orang), pasukan (lebih daripada dua orang, tersusun, berpakaian seragam), rombongan (bilangan yang banyak) dan lain-lain. Contohnya:
(i) Segerombolan pengganas telah ditawan oleh pihak tentera.
(ii) Liga Super Malaysia melibatkan persaingan 12 pasukan dari seluruh negara.
Penjodoh bilangan yang sesuai untuk benda hidup yang bukan manusia ialah ekor (semua jenis binatang), kawan (haiwan yang hidup berkumpulan), kumpulan (haiwan yang bilangannya lebih daripada dua ekor), pasang (dua ekor) dan lain-lain, contohnya:
(i) Pak Yusof memelihara beberapa ekor kambing.
(ii) Puan Norizah membeli dua pasang kucing walaupun dihalang oleh suaminya.
Penjodoh bilangan juga digunakan untuk benda tidak hidup seperti helai (benda yang tipis), buah (benda yang bentuknya tidak tentu), butir (barang-barang kecil yang bulat), cubit (sebanyak yang dapat disepit dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari lain), biji (bagi benda kecil) dan lain-lain. Contohnya:
(i) Rahim membeli sebuah kereta untuk isterinya.
(ii) Beberapa helai baju kepunyaan Azman telah hilang.
Penjodoh bilangan bagi makhluk lain ialah ekor (syaitan, iblis, jin, hantu, raksasa, jembalang) dan orang (bidadari, pari-pari, bunian).
Bagi kata bilangan tak tentu (kecuali beberapa) seperti kebanyakan, semua, sesetengah, sebahagian dan setiap tidak memerlukan penjodoh bilangan. Contohnya:
(i) Kebanyakan guru di sekolah ini perempuan.
(ii) Sesetengah penulis telah mendapat latihan yang secukupnya.
Walau bagaimanapun, hanya kata bilangan tak tentu “beberapa” memerlukan penjodoh bilangan, contohnya:
(i) Beberapa orang murid telah mencapai keputusan cemerlang dalam peperiksaan.
(ii) Beberapa buah kereta telah dicuri di taman perumahan itu.
Benda-benda mikroorganisma dan bersaiz halus seperti virus, ameba, kuman dan atom tidak memerlukan penjodoh bilangan.
Kata nama am tak hidup bukan institusi abstrak berbilang seperti cinta, senyuman, hembusan, bayangan, pendapat, rancangan, gangguan dan lain-lain tidak memerlukan penjodoh bilangan tetapi sudah mencukupi jika dipadankan dengan kata bilangan satu, suatu atau tiap-tiap. Contohnya:
(i) Kami tahu bahawa mereka mempunyai suatu rancangan rahsia.
(ii) Setiap pendapat yang dikemukakan akan dipertimbangkan oleh urus setia.
Aspek penggunaan penjodoh bilangan sering diambil mudah oleh pengguna bahasa Melayu kerana aspek ini dikatakan telah dipelajari sejak bangku sekolah rendah lagi. Namun kesilapan sering dilakukan lantaran sikap ambil mudah ini walaupun telah dipelajari sejak sekian lama.
BUDAYA ISLAM SIFATNYA MENYANTUNI
BUDAYA Islam tidak sama dengan maksud culture dalam fahaman Barat. Budaya adalah gabungan 'budi' dan 'daya'. Apabila diterjemahkan dalam hidup sifatnya memandu dan mempedoman.
Budi adalah sesuatu yang halus dan murni yang terpancar dari hati dan daya adalah manifestasi diri yang tercermin dengan kehalusan hati dan terlihat dalam amal. Amal perbuatan manusia terpandu dengan etika dan nilai yang Islami dan membentuk budaya kehidupan mereka.
Budaya Islam sifatnya amali. Ia terpancar dalam sikap, watak dan amalan. Ia menjadi contoh dan sumber ikutan. Ia terkandung nilai-nilai murni yang amat serasi dengan fitrah manusia.
Bercakap benar, tidak berdusta, menepati waktu, menjaga kebersihan, membantu yang lain, tidak sombong, menghormati perbezaan, bertolak ansur pada tempatnya adalah ajaran Islam yang murni. Jika ia membudaya dalam amalan ia tidak saja memberi kesan baik kepada pengamalnya tetapi juga kepada orang lain.
Islam tidak saja dilihat kepada kebenaran ajarannya tetapi juga pekerti penganutnya. Sering terdapat produktiviti rohaniah orang-orang Islam relatif tinggi dengan solat tahajud, qiamullail, umrah dan haji. Tetapi produktiviti amaliah orang-orang Islam relatif rendah.
Orang Islam tidak menjadikan resam menepati waktu suatu budaya. Surah Wal Asr dibaca secara ritual selepas sesuatu majlis berlangsung. Budaya ilmu yang membangun fikrah tidak dijadikan fokus. Fokus kepada fiqah ibadah yang sifatnya berulang-ulang sering dijadikan topik ceramah.
Ceramah yang sifatnya santai diselit dengan lelucon menjadi minat bukannya kupasan yang serius dan memberi keinsafan kepada pendengar. Tradisi mencatat dalam ceramah tidak berlaku. Isi-isi yang baik disampaikan begitu saja. Kesungguhan membangun fikrah tidak terjadi. Hadir ceramah untuk dapat fadilat semata.
Budaya Islam yang harus disuburkan tidak saja dalam bidang ilmu dan pendidikan tetapi juga dalam membangun keluarga dan masyarakat. Al-Quran dan As Sunnah sewajarnya menjadi sumber pertunjuk supaya perubahan dan kemajuan terjadi.
Ilmu naqliah dan aqliah harus digerakkan secara sepadu supaya umat Islam memiliki tasawwur dan fikrah yang seimbang. Pendidikan harus bermula sejak anak dalam kandungan lagi dan zuriat yang ALLAH kurniakan adalah amanah untuk disantuni.
Ibu bapa harus menjadi contoh terbaik kepada anak-anak. Guru awal anak-anak ialah ibu bapa. Ibu bapa harus mempunyai ilmu dan cara yang fitrah untuk mendidik. Sekiranya anak-anak cicir di rumah, pembentukan watak dan adab tidak terjadi maka tidak ada jaminan anak-anak tidak akan cicir di sekolah dan dalam masyarakat.
Membangun keluarga dan masyarakat teladan adalah agenda utama. Peranan guru adalah membantu. Ibu bapa harus memberi masa yang seimbang untuk menyantuni anak-anak di rumah.
Budaya masyarakat Islam adalah budaya ingat-mengingat, pesan memesan dan nasihat-menasihati. Hikmah ini yang telah hilang daripada kita. Kita membina budaya enau dalam belukar, melepaskan pucuk masing-masing.
Islam mengajar kita berjiwa jamai’ supaya semangat kebersamaan dan kekitaan subur. Budaya gotong-royong harus disuburkan kembali supaya rasa kepunyaan terjalin. Cara hidup individualistik, menanggapi sesuatu berasaskan pangkat dan darjat menyebabkan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan renggang.
Budaya Islam menganjurkan persaudaraan dan ukhuwah supaya terlihat watak-watak teladan yang menjadi sumber ikutan dan sifatnya menyantuni.
Bercakap benar, tidak berdusta, menepati waktu, menjaga kebersihan, membantu yang lain, tidak sombong, menghormati perbezaan, bertolak ansur pada tempatnya adalah ajaran Islam yang murni. Jika ia membudaya dalam amalan ia tidak saja memberi kesan baik kepada pengamalnya tetapi juga kepada orang lain.
Islam tidak saja dilihat kepada kebenaran ajarannya tetapi juga pekerti penganutnya. Sering terdapat produktiviti rohaniah orang-orang Islam relatif tinggi dengan solat tahajud, qiamullail, umrah dan haji. Tetapi produktiviti amaliah orang-orang Islam relatif rendah.
Orang Islam tidak menjadikan resam menepati waktu suatu budaya. Surah Wal Asr dibaca secara ritual selepas sesuatu majlis berlangsung. Budaya ilmu yang membangun fikrah tidak dijadikan fokus. Fokus kepada fiqah ibadah yang sifatnya berulang-ulang sering dijadikan topik ceramah.
Ceramah yang sifatnya santai diselit dengan lelucon menjadi minat bukannya kupasan yang serius dan memberi keinsafan kepada pendengar. Tradisi mencatat dalam ceramah tidak berlaku. Isi-isi yang baik disampaikan begitu saja. Kesungguhan membangun fikrah tidak terjadi. Hadir ceramah untuk dapat fadilat semata.
Budaya Islam yang harus disuburkan tidak saja dalam bidang ilmu dan pendidikan tetapi juga dalam membangun keluarga dan masyarakat. Al-Quran dan As Sunnah sewajarnya menjadi sumber pertunjuk supaya perubahan dan kemajuan terjadi.
Ilmu naqliah dan aqliah harus digerakkan secara sepadu supaya umat Islam memiliki tasawwur dan fikrah yang seimbang. Pendidikan harus bermula sejak anak dalam kandungan lagi dan zuriat yang ALLAH kurniakan adalah amanah untuk disantuni.
Ibu bapa harus menjadi contoh terbaik kepada anak-anak. Guru awal anak-anak ialah ibu bapa. Ibu bapa harus mempunyai ilmu dan cara yang fitrah untuk mendidik. Sekiranya anak-anak cicir di rumah, pembentukan watak dan adab tidak terjadi maka tidak ada jaminan anak-anak tidak akan cicir di sekolah dan dalam masyarakat.
Membangun keluarga dan masyarakat teladan adalah agenda utama. Peranan guru adalah membantu. Ibu bapa harus memberi masa yang seimbang untuk menyantuni anak-anak di rumah.
Budaya masyarakat Islam adalah budaya ingat-mengingat, pesan memesan dan nasihat-menasihati. Hikmah ini yang telah hilang daripada kita. Kita membina budaya enau dalam belukar, melepaskan pucuk masing-masing.
Islam mengajar kita berjiwa jamai’ supaya semangat kebersamaan dan kekitaan subur. Budaya gotong-royong harus disuburkan kembali supaya rasa kepunyaan terjalin. Cara hidup individualistik, menanggapi sesuatu berasaskan pangkat dan darjat menyebabkan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan renggang.
Budaya Islam menganjurkan persaudaraan dan ukhuwah supaya terlihat watak-watak teladan yang menjadi sumber ikutan dan sifatnya menyantuni.
Wednesday, 3 September 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)